SINFORAN | Mengucapkan Jazakallahu khairan katsiran a'la ziyaratikum | Baca kisah |
  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter

Islam dan Agama-Agama













Ringkasan buku Metodologi Studi Islam ( bab 1, hal 3-12)
oleh: Abbad Arrybath Brimantyawan (2010120020002)

Islam dan Agama-Agama

Mencakup 3 hal:
  1. Islam dan agama-agama lain
  2. Urgensi studi islam di Indonesia
  3. Pertumbuhan studi islam di Dunia islam, terbagi dalam 2 bagian:
  • Bagian pertama dan kedua lebih bersifat filosofis
  • Dan bagian ketiga bersifat historis

A. Islam dan Agama-Agama Lain
Dalam kaitanya dengan hal ini agama sering dihubungkan dengan kata religion dan religiositas, yang mana makna religion lebih berkonotasi sebagai kata kerja yang mencerminkan sikap keberagaman atau kesalehan hidup berdasarkan nilai-nilai ketuhanan. Namun seiring berjalanya waktu bergeser menjadi semacam kata benda yang kemudian diyakini sebagai kodifikasi perintah tuhan untuk manusia. Sedangkan religiositas lebih mengarah pada kualitas penghayatan dan sikap hidup seseorang berdasarkan nilai-nilai keagamaan yang diyakininya. Namun istilah yang dianggap lebih tepat adalah spiritualitas karena lebih menekankan substansi nilai-nilai luhur keagamaan dan cenderung memalingkan diri dari formalisme keagamaan.
Kebenaran dapat diperoleh dari dua sisi:
  • kebenaran filosofis : kebenaran yang sebenarnya adalah satu, tunggal, dan tidak majemuk, yakni sesuai dengan realitas.
  • Kebenaran sosiologis : Proses pencapaian dan penerjemahan realitas tertinggi membuat klaim tentang kebenaran menjadi berbeda. Islam mengatakan bahwa agamanyalah yang paling benar, begitu juga Kristen, Yahudi, Hindu, Budha, dan aliran kepercayaan mengatakan demikian.
Dalam Al-Qur'an terdapat tuntunan yang banyak membicarakan realitas tertinggi yang menunjukan bahwa ia secara filosofis, tidak menerima kebenaran selainya. Namun disisi lain (sosiologis), ia juga dengan sangat toleran menerima kehadiran keyakinan lain (lakum diinukum wa liyadiin). Di samping itu para pemikir Muslim cenderung moderat dan sangat toleran.
Agama itu sendiri pada satu sisi diharapkan tampil membawa kearifan atau pemecahan persoalan, sedangkan di sisi lain ia tampil sebagai salah satu penyebab persoalan.
Menurut Bambang Sugiharto (dalam Andito (ed.), 1998: 29-30) tantangan yang dihadapi setiap agama sekarang ini sekurang-kurangnya ada tiga:
  • Dalam menghadapi persoalan kontemporer yang ditandai disorientasi nilai dan degradasi moralitas, agama ditantang untuk tampil sebagai suara moral yang otentik.
  • Agama harus menghadapi kecenderungan pluralisme, mengolahnya dalam kerangka “teologi” baru dan mewujudkanya dalam aksi-aksi kerjasama plural.
  • Agama tampil sebagai pelopor perlawanan terhadap segala bentuk penindasan dan ketidak adilan.
Dengan naik daunya posisi agama dalam konstelasi peradaban kini, agama pun menjadi rawan ditunggangi kepentingan politik, ekonomi, dan kultur kelompok-kelompok tertentu ataupun pribadi. Jika ini terjadi, agama yang pada awalnya diharapkan menjadi terapi bagi kemelut modernitas, justru akan semakin dirasa sebagai penyakit yang berbahaya.
Komarudin Hidayat (Andito (ed.), 1998: 119-200), meskipun menyebutnya sedikit asal-asalan, menjelaskan tiologi sikap keberagaman: eksklusivisme, inklusivisme, pluralisme, eklektivisme, dan universalisme.
  • Ekslusivisme melahirkan pandangan bahwa ajaran yang paling benar hanyalah agama yang dipeluknya.
  • Inklusivisme berpandangan bahwa di luar agama yang dipeluknya, juga terdapat kebenaran meskipun tidak seutuh dan sesempurna agama yang dianutnya.
  • Pluralisme berpandangan bahwa secara teologis, pluralitas agama dipandang sebagai suatu realitas niscaya yang masing-masing berdiri sejajar sehingga semangat misionaris atau dakwah dianggap “tidak relevan”.
  • Elektivisme adalah sikap keberagaman yang berusaha memilih dan mempertemukan berbagai segi ajaran agama yang dipandang baik dan cocok untuk dirinya sehingga format akhir dari sebuah agama menjadi semacam mozaik yang bersifat elektik.
  • Universalisme beranggapan bahwa pada dasarnya semua agama adalah satu dan sama.

B. Urgensi Studi Islam di Indonesia
Secara umum, studi Islam menjadi penting karena agama, termasuk Islam, memerankan sejumlah peran dan fungsi di masyarakat. Sedangkan situasi keberagamaan di Indonesia cenderung menampilkan kondisi keberagamaan yang legalistik-formalistik, akibatnya muncul sikap kontra produktif seperti nepotisme, kolusi, dan korupsi (Harun Nasution, 1998: 1-2). Harun Nasution juga berpandangan bahwa orang yang bertaqwa adalah orang yang melaksanakan perintah tuhan dan menjauhi cegahan-Nya. Dengan demikian, orang yang bertaqwa adalah orang yang dekat dengan tuhan, dan dekat dengan Yang Maha Suci adalah “Suci”, orang-orang yang sucilah yang mempunyai moral yang tinggi.
Studi Islam diharapkan melahirkan suatu masyarakat yang siap hidup toleran (tasamuh) dalam wacana pluralitas agama, sehingga tidak melahirkan Muslim ekstrim yang membalas kekerasan agama dengan kekerasan pula: pembakaran masjid dibalas dengan pembakaran gereja.

C. Pertumbahan Studi Islam di Dunia Islam
Pendidikan Islam pada zaman awal dilaksanakan di masjid-masjid, kemudian pada zaman kejayaan Islam, studi Islam dipusatkan di ibukota negara, yaitu Baghdad. Disamping itu, di Eropa terdapat pusat kebudayaan yang merupakan tandingan Baghdad, yaitu Universitas Cordova yang didirikan oleh Abd al-Rahman III (929-961 M) dari Dinasti Umayah di Spanyol. Di Timur Islam, Baghdad, juga didirikan Madrasah Nizhamiah yang didirikan oleh Perdana Mentri Nizham al-Muluk; dan di Kairo Mesir didirikan Universitas al-Azhar yang didirikan oleh Dinasti Fatimiah dari kalangan Syi'ah.
Studi islam sekarang ini berkembang hampir diseluruh negara didunia, baik di Dunia Islam maupun bukan negara Islam. Di Dunia Islam terdapat pusat-pusat studi Islam, seperti Universitas al-Azhar di Mesir dan Universitas Ummul Qura' di Arab Saudi. Di teheran didirikan Universitas Teheran, di Universitas ini stui Islam dilakukan dalam satu fakultas yang disebut Kulliyat Ilahiyyat (Fakultas Agama). Di Universitas Damaskus (Syiria), studi islam ditampung dalam Kuliyat al -Syari'ah (Fakultas Syari'ah).
Sedangkan di Indonesia, studi Islam (pendidikan Islam tinggi) dilakasanakan di 14 Institut Agama Islam Negri (IAIN) dan 39 Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN).
Studi Islam di negara-negara non-Islam diselenggarakan dibeberapa negara, antara lain di India, chicago, Los Angles, London, kanada.
Begitulah studi islam sejak zaman awal pembentukan islam hingga sekarang ini.


















0 komentar:

 

Browsing Artikel

Pengikut

Total Tayangan Halaman

sinforan's cbox

Recent Posts

Pingbox

Copyright 2010 Situs Informasi dan Pengetahuan - All Rights Reserved.
Designed by Web2feel.com | Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com | Affordable HTML Templates from Herotemplates.com.