SINFORAN | Mengucapkan Jazakallahu khairan katsiran a'la ziyaratikum | Baca kisah |
  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter

Islam, Moral dan Kemanusiaan















Islam, Moral dan Kemanusiaan
  1. Islam dan Moral

1)Tujuan Nabi Muhammad n Diutus

Sebagaimana diketahui bahwasannya beliau n diutus untuk menyempurnakan akhlak.
Sabda beliau, إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang baik. (HR Hakim, Al Bazzar, dan Al Baihaqi)
Akhlak yang baik adalah akhlak sejalan dengan Alquran dan Assunnah sedangkan yang tercela adalah yang tidak sejalan dengan keduanya. Diantara akhlak yang baik adalah :
  1. Menjaga Lisan dan Perbuatannya dari Menyakiti orang lain. Nabi Muhammad n :
المسلم من سلم المسلمون من لسانه و يده
Seorang muslim sejati adalah seseorang yang muslim lainnya selamat dari lisan dan tangannya. (HR Hakim dan Abu Ya’la)
  1. Menunaikan Janji. Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ
Hai orang-orang yang beriman, tunaikannlah janji-janji kalian
  1. Membersihkah rintangan dari jalan, Nabi n bersabda :
الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ
Iman itu mempunyai 63 cabang, yang paling tinggi adalah perkataan laa ilaaha illallah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan dari jalan, dan malu adalah salah satu cabang dari keimanan. (HR Muslim, An Nasa i, At Tirmidzi dan Ibnu Majjah)
Adapun akhlak yang tercela diantaranya :
  1. Sombong, Allah berfirman
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. (QS Al Isra : 17)
  1. Riya adalah sifat yang melekat pada manusia yaitu jika seseorang berbuat kebaikan, ia menginginkan orang lain mengetahui tentang kebaikannya yang kemudian memujinya.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir(QS Al Baqarah: 264)
  1. Munafik adalah sikap mendua atau berwajah ganda. Nabi n bersabda,
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
Ciri-ciri munafik 3, yaitu jika dia bicara dia berdusta, jika dia berjanji dia mengingkari, jika dia diberi amanah dia mengkhianatinya (HR Bukhari)

2)Akhlak Islami

Dalam Alquran dan Assunnah terdapat tuntunan agar kita berakhlak mulia, baik berupa perintah ataupun bersifat pencegahan. Akhlak yang dianjurkan oleh islam dibagi 3, akhlak kepada Allah, akhlak kepada manusia, dan akhlak yang berhubungan dengan alam semesta.
Akhlak kepada Allah adalah dengan mentauhidkannya dalam hal Rubbubiyah, Uluhiyyah, dan dalam hal nama-nama dan sifat-sifatNya.
Adapun akhlak kepada sesama manusia diantaranya, menyambung silaturahmi dan larangan memutuskannya, berbakti kepada orangtua, berbuat baik kepada tetangga
Adapun akhlak kepada alam semesta adalah tidak melakukan kerusakan di bumi.
  1. Islam dan Kemanusiaan

  1. Kedudukan Manusia

Jalaludin Rahmat menulis sebuah artikel dengan judul “Konsep-Konsep Antropologis”, dalam tulisannya tersebut dia menyebutkan bahwa dalam Alquran terdapat 3 istilah kunci yang mengacu pada makna pokok manusia, yaitu: basyar, insan, dan an naas.
  1. Konsep basyar selalu dihubungkan dengan sifat-sifat biologis manusia, seperti : makan, minum, hubungan intim dan berjalan di pasar.
  2. Adapun kata insan, yang di dalam Alquran dikelompokkan ke dalam 3 kategori,
  1. Insan dihubungkan dengan konsep manusia sebagai khalifah atau pemikul amanah,
  2. Insan dihubungkan dengan predisposisi negatif manusia
  3. Insan dihubungkan dengan proses penciptaan manusia,
  1. Adapun konsep yang ketiga adalah an naas yang mengacu pada manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial an naas dapat dilihat dari berbagai sisi,
Pertama, banyak ayat yang menunjukkan kelompok sosial dengan karakteristiknya, dan lazimnya dengan ungkapan wa minam naas (dan diantara sebagian manusia).
Kedua, dengan memperhatikan ungkapan aktsarun naas (kebanyakan manusia), Jalaludin Rahmat menyimpulkan bahwa sebagian besar manusia mempunyai kualitas rendah, baik dari segi ilmu maupun iman. Dan pernyataan ini dipertegas dengan ayat-ayat yang menunjukkan sedikitnya kelompok manusia yang beriman, berilmu, ataupun mengambil pelajaran ataupun bersyukur dan selamat dari siksa Allah k.
Ketiga, Alquran menegaskan bahwa petunjuk Alquran tidak hanya dimaksudkan kepada manusia secara perorangan, tetapi juga manusia secara sosial.
Jalaludin Rahmat menjelaskan bahwa manusia dalam artian basyar berkaitan dengan unsur material, yang dengan sendirinya ia adalah musayyar (tunduk kepada takdir Allah). Sedangkan manusia dalam artian insane dan an naas bertalian dengan unsur hembus Ilahi, yakni ia dikenai aturan-aturan tetapi diberikan kekuatan untuk tunduk dan melepaskan diri darinya. Ia dengan sendirinya mukhayyar.
Adapun yang membedakan hakikar manusia dengan hewan yaitu potensi untuk mengembangkan iman dan mengembangkan ilmu. Yang usaha mengembangkan keduanya disebut amal saleh.
Kesimpulan dari pembahasan ini adalah kedudukan manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, makhluk biologis dan psikologis (spiritual). Manusia merupakan gabungan antara unsure material (basyari) dan unsur ruhani. Dari segi hubungannya dengan Allah k, kedudukan manusia adalah sebagai hamba dan kedudukan manusai dalam konteks makhluk Allah adalah makhluk terbaik.

3)Tugas Manusia

Tugas umum manusia adalah untuk beribadah kepada Allah dalam artian umum, bukan hanya ibadah dalam artian khusus. Allah k berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(QS Adz Dzariyat : 56)
Adapun tugas ibadah secara khusus adalah menyembah kepada Allah dengan cara-cara teknis tertentu yang telah diatur dalam As Sunnah. Adapun tugas ibadah secara umum adalah bahwa seluruh ibadah kita kepada sesama manusia semata-mata diperuntukkan bagi Allah.

4)Manusia sebagai Khalifah

Dalam Alquran, Allah berfirman :
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."(QS Al Baqarah : 30)
Nurcholis Majid (1998:17-8) dalam Mimbar Studi: Jurnal Ilmu Agama Islam nomor 1/XXI/1998 melakukan interprestasi dari kisah dalam ayat diatas adalah sebagai berikut:
  1. Kisah ini menunjukkan martabat manusia yang sangat tinggi, yaitu sebagai khalifah.
  2. Martabat itu bersangkutan dengan konsep bahwa alam dengan segala isinya disediakan untuk manusia, bahwa alam menjadi bidang garapan tan tempat pelaksanaan tugasnya.
  3. Martabat itu juga berkaitan dengan nilai kemanusiaan universal.
  4. Untuk menjelaskan tugasnya sebagai khalifah Allah di Bumi, manusia dilengkapi dengan ilmu pengetahuan.
  5. Kelengkapan martabat manusia adalah kebebasan yang mengenal batas.
  6. Pelanggaran terhadap batas membuat manusia jatuh, tidak terhormat.
  7. Dorongan untuk melanggar batas ialah nafsu serakah, yaitu perasaan yang tidak pernah puas dengan anugerah Tuhan.
  8. Karena kelengkapan ilmu saja tidak mennjamin manusia terhindar dari kejatuhan, maka manusia memerlukan petunjuk Allah.
  9. Dengan mengikuti petunjuk Allah, manusia dapat memperoleh kembali kebahagiaan surgawinya yang telah hilang.
Sebagai kedudukannya sebagai khalifah di Bumi maka manusia akan dimintai pertanggung jawaban atas tugasnya. Karena itu manusia senantiasa berjuang dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas amal salehnya dan mengurangi serta menekan keualitas dan kuantitas kesalahannya. Jalaludin Rakhmat menerangkan bahwa manusia adalah makhluk paradoksal uang berjuang mengatasi konflik dua kekuatan yang saling bertentangan, kekuatan mengikuti fitrah , yaitu memikul amanah Allah, dan kekuatan mengikuti predisposisi negatif.




Ringkasan dari buku Metodologi Studi Islam, karya Drs. Atang Abd. Hakim, MA., Dr. Jaih Mubarok, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya Offset, cet. x, 2008), 27-39

Ditulis oleh teman seperjuangan:
Catur hafidzohullahu ta'ala
























0 komentar:

 

Browsing Artikel

Pengikut

Total Tayangan Halaman

sinforan's cbox

Recent Posts

Pingbox

Copyright 2010 Situs Informasi dan Pengetahuan - All Rights Reserved.
Designed by Web2feel.com | Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com | Affordable HTML Templates from Herotemplates.com.