Karakeristik ajaran Islam dalam bidang ilmu dan kebudayaan bersikap terbuka, akomodatif, tetapi juga selektif. Dari satu segi Islam terbuka akomodatif untuk menerima berbagai masukan dari luar, tetapi bersamaan dengan itu Islam juga selektif, yakni tidak begitu saja menerima seluruh jenis ilmu dan kebudayaan, melainkan ilmu dan kebudayaan yang sejalan dengan Islam. Dalam bidang ilmu dan teknologi, Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk bersikap terbuka atau tidak tertutup. Dalam sejarah kita melihat Islam mewararisi peradaban Yunani-Romawi di Barat, dan peradaban-peradaban Persia, India, dan Cina di Timur. Selama abad VII sampai abad XV, ketika peradaban besar di Barat dan Timur itu tenggelam dan mengalami kemerosotan, Islam bertindak sebagai pewaris utamanya untuk kemudian diambil alih oleh peradaban Barat sekarang melalui Renaissans. Jadi dalam bidang ilmu dan kebudayaan Islam menjadi mata rantai yang penting dalam sejarah peradaban dunia.
Banyak contoh yang dapat dijadikan bukti tentang peranan Islam sebagai mata rantai peradaban dunia. Islam misalnya mengembangkan matematika India, ilmu kedokteran dari Cina, system pemerintahan dari Persia, logika Yunani, dan sebagainya .
Karakteristik Islam dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan tersebut dapat dilihat pula dari 5 ayat pertama surat Al-Alaq yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Pada ayat tersebut terdapat kata iqra’ yang diulang sebanyak dua kali. Kata tersebut menurut A.Baiquni, selain berarti membaca dalam arti biasa, juga berarti menelaah, mengobservasi, membandingkan, mengukur, mendeskripsikan, menganalisis dan penyimpulan secara induktif. Semua cara tersebut dapat digunakan dalam proses mempelajari sesuatu. Hal itu merupakan salah satu cara yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan. Islam demikian kuat mendorong manusia agar memiliku ilmu pengetahuan dengan cara menggunakan akalnya untuk berpikir, merenung dan sebagainya. Demikian pentingnya ilmu ini hingga Islam memandang bahwa orang menuntut ilmu sama nilainya dengan jihad di jalan Allah subhanahu wa ta’ala.
E. Bidang Pendidikan
Islam juga memiliki ajaran yang khas dalam bidang bidang pendidikan, islam memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap orang (education for all), laki-laki atau perempuan, dan berlangsung sepanjang hayat. Dalam bidang pendidikan Islam memiliki rumusan yang jelas dalam bidang tujuan, kurikulum, guru, metode, sarana, dan lain sebagainya.
F. Bidang Sosial
Karakterisitik selanjutnya adalah ajaran Islam dalam bidang sosial. Ajaran islam dalam bidang sosial termasuk yang paling menonjol karena seluruh bidang ajaran Islam akhirnya ditujukan untuk kesejahteraan manusia. Namun, khusus dalam bidang sosial ini Islam menjunjung tinggi tolong-menolong, saling menasehati tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, egaliter (kesamaan derajat), tenggang rasa, dan kebersamaan. Dan yang menjadi ukuran ketinggian derajat seorang manusia dalam Islam bukanlah ditentukan oleh nenek moyangnya, kebangsaannya, warna kulit, bahasa, jenis kelamin, dan lainnya yang berbau rasialis. Kualitas dan ketinggian derajat seseorang ditentukan oleh ketakwannya yang ditunjukan oleh prestasi kerjanya yang bermanfaat bagi manusia. Dan dari tolak ukur inilah, maka dalam Islam semua orang memliki kesempatan yang sama.
Islam ternyata banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini masjid, tempat mengabdi kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Muamalah jauh lebih luas daripada ibadah ( dalam arti khusus ). Hal demikian dapat kita lihat misalanya bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan sosial yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (diqashar dan dijama’ dan bukan ditinggalkan ).
G. Dalam Bidang Kehidupan Ekonomi
Karakteristik berikutnya adalah ajaran Islam juga mencakup dalam bidang kehidupan ekonomi. Islam memandang bahwa kehidupan yang harus dilakukan manusia adalah hidup yang seimbang dan tidak terpisahkan antara urusan dunia dan akhirat. Urusan dunia dikejar dalam rangka menegejar kehidupan akhirat dan kehidupan akhir dicapai dengan dunia. Pandangan Islam mengenai kehidupan demikian itu, secara tidak langsung menolak kehidupan yang bercorak sekularistik, yaitu kehidupan yang memisahkan antara urusan dunia dengan urusan agama. Agama harus terlibat dalam mengatur kehidupan dunia. Sebagai contoh Allah menurunkan ayat tentang larangan berbuat curang dalam perdagangan, Allah berfirman di awal surat Al-Muthofifin :
"Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang (1) (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, (2) dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. (3) Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, (4)." (al-Muthaffifin:1-4).
Dari ayat ini tergambar jelas bahwa Islam juga memperhatikan kehidupan manusia dalam bidang ekonomi. Karena ekonomi dan perkembangannya tidak bisa terlepaskan dari kehidupan manusia, maka dari itu Islam juga mengaturnya demi terciptanya kesejahteraan kehidupan manusi di dunia dan selamat di akhirat kelak.
H. Dalam Bidang Kesehatan
Bidang kesehatan juga menjadi perhatian Islam selanjutnya. Karena sebagaimana diketahui bahwa kehatan merupakan salaha satu aset terpenting dan terbesar di dalam kehidupan manusia yang hidup di dunia. Dan ajaran Islam tentang kesehatan berpedoman pada prinsip pencegahan lebih diutamakan daripada penyembuhannya. Dalam bahasa arab prinsip ini berbunyi, al-waqoyah khoir min al-‘ilaj. Untuk menuju pada upaya pencegahan tersebut, Islam menekankan kebersihan lahir dan batin. Kebersihan lahir dapat berbentuk kebersihan tempat tinggal, lingkungan sekitar, badan, pakaian, makanan dan minuman, dan lain sebagainya. Allah berfirman :
Artinya: (“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”.)
I. Dalam Bidang Politik
Ciri ajaran Islam selanjutnya dapat diketahui melalui konsepsinya dalam bidang politik. Dalam Al-Qur’an terdapat perintah menaati ulil amri yang terjemahannya termasuk penguasa di bidang politik, pemerintahan dan negara. Dalam hal ini Islam tidak mengajarkan ketaatan buta terhadap pemerintah. Apabila pemerintah menyuruh pada hal-hal yang berlawanan dengan syariat Allah maka tidak wajib untuk tidak ditaati dan begitu juga sebaliknya.
Masalah politik ini seanjutnya berhubungan dengan bentuk pemerintahan. Dan kita mengenal bentuk pemerintahan seperti republik yang dipimpin oleh presiden, kerajaan yang dipimpin oleh raja, dan sebagainya. Islam tidak menetapkan bentuk pemerintahan tertentu. Dengan begitu setiap bangsa berhak menentukan bentuk negaranya masing-masing sesuai seleranya. Namun, yang terpenting adalah bentuk pemerintahan tersebut harus digunakan untuk menegakkan keadilan, kemakmuran, kesejahteraan, keamanan, kedamaian dan ketentraman masyarakat.
J. Dalam Bidang Pekerjaan
Islam memandang bahwa kerja adalah sebagai ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Islam juga menghendaki pekerjaan yang bermutu, terarah pada pengabdian kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dan pekerjaan yang bermanfaat bagi orang lain. Dan Islam juga tidak hanya menekankan pada banyaknya pekerjaan, akan tetapi pada kualitas manfaat kerja. Untuk menghasilkan produk pekerjaan yang bermutu, Islam memandang kerja yang dilakukan adalah kerja profesional, yaitu kerja yang didukung ilmu pengetahuan, keahlian, pengamalan, dan kesungguhan.
K. Islam Sebagai Disiplin Ilmu
Selain sebagai ajaran yang berkenaan dengan berbagai bidang kehidupan dengan ciri-cirinya yang khas tersebut, Islam juga telah sampai sebagai disiplin ilmu, yaitu ilmu keislaman. Dan yang termasuk dengan ilmu keislaman tersebut adalah ilmu hadis, tafsir qur’an, hokum Islam (Fiqih), dan lain sebagainya.
Dari uraian di atas tergambarkan bahwa ajaran agama Islam sangatlah sempurna. Islam agama yang mengajarkan perdamaian, toleransi, terbuka, kebersamaan, egaliter, kerja keras yang bermutu, adil, seimbang antara urusan dunia dan akhirat, berharta, memiliki kepekaan terhadap masalah sosial kemasyarakatan, mengutamakan, pencegahan daripada penyembuhan dalam bidang kesehatan. Islam juga telah tampil sebagai sebuah disiplin ilmu keislaman dengan berbagai cabangnya. Karakteristik Islam yang demikian ideal itu tampak masih belum seluruhnya dijumpai dalam kenyataan umatnya, antara ajaran Islam yang ideal dan kenyataan umatnya yang demikia itu masih ada kesenjangan. Hal ini memerlukan pemecahan, antara lain dengan merumuskan kembali metode pendekatan dalam memahami Islam sebagaimana akan dijumpai pada bab berikutnya.
Diringkas dari Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1998)
Peringkas temanku seperjuangan
Muhammad Hanifa
1 komentar:
waah blog nya kereeen braayyy..maksih ya izin isep..hehe
Posting Komentar